HEMAT ENERGI DENGAN PUPUK ORGANIK


Mungkin judul diatas terasa aneh dan terkesan tidak ada hubungan sama sekali, namun apabila kita cermati lebih dalam maka akan terlihat hubungan yang nyata. Menurut EECCHI konsumsi energi untuk sektor industri mencapai 44,2% dari total konsumsi energi Indonesia. Kita ketahui bahwa industri pupuk terutama pupuk urea masih diproduksi dalam suhu yang tinggi sehingga kebutuhan energi juga sangat tinggi. Ditambah lagi belakangan produk pertanian organik sangat diminati konsumen maka pemakaian pupuk diusahakan seminimal mungkin.  Dengan penggunaan pupuk organik selain akan lebih diminati konsumen juga akan menekan permintaan pupuk urea dan jenis pupuk lain sehingga energi untuk pabrik pupuk bisa turun.                
Pengolahan pupuk organik ini ternyata sangat membantu menyelamatkan lingkungan dan malahan akan menghasilkan energi. Sampah atau kotoran ternak yang dibiarkan begitusaja malah akan berbahaya karena melepaskan gas metan yang sangat reaktif terhadap ozon sehingga menimbulkan lubanga ozon. Biasanya pupuk organik dibuat dengan jalan memfermentasikan sampah organik dan kotoran ternak pada biodigester agar unsur-unsur dalam bahan itu terurai menjadi lebih sederhana dan dapat diserap tanaman. Hasil dari fermentasi ini adalalah Biogas yang biasa digunakan untuk memasak dan penerangan. Pupuk yang dihasilkan dari biodigester terbukti lebih sederhana dan lebih terserap tanaman secara maksimal. Manfaat yang diperoleh dari proses fermentasi sampah dan kotoran ternak ini adalah masalah sampah terselesaikan, penyebaran penyakit dapat ditekan, memperoleh energi berupa Biogas dan memperoleh pupuk dengan kualitas baik.
Sebenarnya masih banyak aspek yang dimungkinkan untuk dilakukan penelitian tentang penghematan energi dari alam. Sebagai contoh pembuatan pupuk urea yang boros energi sebenarnya dilakukan alam dengan sangat mudah dengan bakteri yang ada di akar tumbuhan kacang-kacangan. Bakteri ini mampu mengikat nitrogen bebas dan nitrogen ini dapat diserap tanaman layaknya pupuk urea. Jika misteri tentang proses pengikatan nitrogen oleh bakteri ini dapat ditiru manusia maka akan terjadi penghematan energi terutama di sektor industri. Contoh lain adalah kunang-kunang mampu menghasilkan cahaya terang dengan energi rendah. Jika proses ini dapat ditiru manusia maka hasilnya adalah lampu hemat energi generasi terbaru.

Mungkin bagi mahasiswa dan akademisi proses di alam ini dapat dicontoh untuk menciptakan inovasi baru. Semua proses dialam ini berlangsung dalam bentuk paling efisien dan optimal dengan energi paling kecil. Inovasi-inovasi ini yang senantiasa ditunggu sebgai solusi penghematan energi masa depan. Sebagai contoh penggunaan lampu pijar dulu biasa pada saat kita kecil namun sekarang dominasi lampu adalah jenis hemat energi walaupun pada awalnya tidak populer karena mahal. Teknologi AC dan lemari es kini juga menghasilkan prodak hemat energi dan ramah lingkungan. Bahkan jika kita menggunakan tas plastik itu adalah contoh pembotosan energi. Bayangkan jumlah energi yang dipakai untuk membuat tas plastik dan mendistribusikan tas plastik tersebut. Pada dasarnya produk ramah lingkungan itu adalah produk hemat energi dan sehat yang akan selalu berkembang sesuai inovasi mencontoh proses di alam.