Sekitar 5 tahun belakangan ini penggunaan AC mulai menjamur bagai jendawa di musim hujan. Semua lini kehidupan mulai menggunakan AC, mulai dari sekolah, toko, warnet, dan kantor. Beragam jenis AC mulai ditawarkan mulai dari AC biasa, AC hemat energi, AC inverter dan AC hybrid. Tapi sayang pengetahuan mengenai AC di masyarakat masih rendah dan sebagian memasang AC hanya karena menuruti gaya hidup saja. AC bekas dengan kecepatan pendinginan rendah, efisiensi buruk tetapi murah marak digunakan. Padahal, AC tersebut tidak mampu mendinginkan ruangan bahkan tidak mengeluarkan suhu dingin dan hanya merupakan pemborosan listrik untuk memutar motor sia-sia. Instalasi AC juga masih buruk sehingga AC tidak bekerja sesuai kondisi ideal namun terus menerus mendinginkan ruangan sehingga motor rawan rusak. Hal ini membuat kebutuhan daya pendinginan ruangan khususnya AC mendominasi total konsumsi daya, menurut EECCHI daya yang terpakai sekitar 59%.
Beberapa pengertian yang salah dari masyarakat tentang instalasi AC antara lain sekat ruangan ber-AC masih buruk dan seringkali bocor. Seharusnya AC bekerja pada ruangan yang tertutup sempurna tanpa ada udara bocor. Hal ini bertujuan untuk mengisolasi ruangan yang menjadi beban pendinginan dari AC tersebut. Jika ruangan terbuka maka beban pendinginan AC adalah ruangan tersebut dan lingkungan tempat kebocoran. Mustahil AC bekerja ideal untuk mendinginkan ruangan dan lingkungan, hasilnya AC terus menyala maksimal tetapi suhu yang dikehendaki tidak pernah tercapai. Menurut desain AC seharusnya bekerja mendinginkan ruangan sampai batas yang dikehendaki lalu AC berubah mode untuk mempertahankan suhu sehingga kerja motor ringan. Pada kenyataannya banyak AC bekerja maksimal terus menerus entah karena beban pendinginan terlalu besar atau sekatruangan terbuka sehingga terjadi pemborosan daya.
AC bekas seharusnya segera dihancurkan karena menjadi biang pemborosan energi. AC bekas pada kebanyakan kasus mengalami penurunan efisiensi yang sangat drastis. Pengotor pada saluran pipa kapiler, evaporator dan kondensor menyebabkan motor bekerja berat tetapi hasil pendinginan tidak sebanding dengan daya yang dikonsumsi. Hasilnya adalah AC tetap menyala bahkan dengan daya besar tetapi daya pendinginan rendah bahkan tidak mengeluarkan hembusan udara dingin.
Pemilihan AC harus disesuaikan dengan beban pendinginan yang dibutuhkan ruangan karena faktor matahari, konduksi kalor dari dinding, atap dan lantai, jumlah manusia yang biasa menggunakan ruangan dan peralatan elektronik yang ada dalam ruangan itu. Untuk ruangan kecil seperti kamar tidur cukup AC ½ Pk namun untuk ruangan besar dengan aktifitas manusia yang banyak bisa menggunakan AC dengan ukuran yang lebih besar. Jenis AC kini juga bermacam-macam ada jenis konfensional, low energi dan inverter. Sangat disarankan menggunakan jenis AC low energi atau inverter karena walaupun harganya lebih mahal namun konsumsi daya sangat rendah sekitar 40%-60% lebih rendah dari AC konfensional.
Pemeliharaan AC harus dilakukan secara rutin sebab AC sangat sensitif dengan kotoran. Jika AC kotor terutama pada pipa kapiler, kondensor danevaporator maka kerja AC menjadi berat dan daya yang dikonsumsi naik. Memang konsekuensi pemasangan AC sangat banyak dan jika daya yang terpasang di rumah kurang maka akan malah merusak peralatan elektronik lain karena motor dari AC membuat listrik tidak stabil. Untuk wilayah Indonesia khususnya di luar Jakarta sangat disarankan menggunakan teknik pendinginan alami yang murah dan ramah lingkungan.

